PSDKP - KKP Amankan Kapal ikan Nakal di Arafura
PSDKP KKP berkomitmen melindungi nelayan tradisional dengan menindak illegal fishing dan destructive fishing. Laut harus dijaga agar tetap lestari demi keberlanjutan hidup nelayan.

ORCANEWS.ID - Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di awal tahun 2025 ini tancap gas mendukung kebijakan ekonomi biru untuk Indonesia emas, Langkah strategis pun di ambil mulai dari pagar laut yang meresehkan nelayan tradisional hingga terbaru, adanya kapal yang menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan pun diamankan.
Semua ini adalah bentuk dari komitmen Pemerintah hadir di tengah masyarakat, khususnya nelayan tradisional yang harus dilindungi.
Demikian disampaikan oleh Dirjen PSDKP, Dr. Pung Nugroho Saksono yang beberapa pekan ini tengah disibukan dengan ragam kegiatan yang sangat menguras tenaga.
Sambil menikmati kopi pahit yang menjadi kesukaanya, Ipunk pun memaparkan bahwasanya laut tidak pernah benar-benar menjadi milik siapa pun, tetapi ia adalah rumah bagi semua. Seorang nelayan yang tangguh memahami hal ini. Setiap pagi, sebelum matahari sempat membakar cakrawala, ia telah bersiap dengan jaring dan perahu kecilnya.
Ombak yang menghempas, angin yang menyergap, dan arus yang tak bisa ditebak bukanlah halangan, melainkan pengingat bahwa ia adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Ia tahu, laut tidak selalu memberi dengan mudah. Ada hari di mana ikan melimpah, ada pula hari di mana jaring hanya membawa air dan kepenatan. Namun, nelayan sejati tidak pernah berputus asa. Baginya, laut bukan sekadar tempat mencari rezeki, tetapi juga guru yang mengajarkan kesabaran dan ketekunan.
Di hamparan biru yang seakan tak berbatas, ia menyadari satu hal: laut adalah pemersatu. Di laut, semua nelayan tradisional berjuang menghadapi gelombang, menggantungkan harapan pada cuaca, dan berbagi rezeki yang datang dari dalamnya.
Maka, ketika ia kembali ke daratan, membawa hasil tangkapan, ia tidak membawa sekadar ikan. Ia membawa kebijaksanaan laut—bahwa hidup adalah keseimbangan antara menerima dan memberi, antara keberanian dan ketundukan. Ia sadar, seperti laut yang luas, kehidupan tidak bisa dikuasai, hanya bisa dijalani dengan hati yang lapang dan jiwa yang siap menerima segala kemungkinan.
Ketika kopi di cangkirnya telah habis, Ipunk tahu bahwa pekerjaannya belum selesai. Tanggal merah bukan alasan untuk beristirahat. Laut harus tetap dijaga, ekologi harus menjadi panglima. Sebab, hanya dengan laut yang lestari, nelayan tradisional dapat terus berlayar, menaklukkan gelombang, dan membawa pulang harapan bagi keluarga mereka. Laut bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
What's Your Reaction?






